Laporan Geologi Laut
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Geologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menyelidiki
lapisan–lapisan batuan yang ada didalam kerak bumi. Geologi menelaah segala sesuatu
yang yang mencakup gejala proses dan mekanisme ataupun sifat-sifat yang
ditunjukan didalam permukaan bumi dengan hubungan sebab akibat dalam (kulit)
bumi. Untuk itu diperlukan penalaran yang benar. Karena tidak semua gejala dan
proses dapat ditiru di laboratorium. Pada umumnya gejala dan proses geologi
berlangsung di alam. Batuan adalah Sebuah material yang di bentuk atau
terbentuk karena perubahan mineral – mineral dari suatu batuan, batuan terbagi
atas tiga jenis, yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
Jenis Batuan yang ada dibumi antara lain Batuan beku
adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma dibawah permukaan bumi,
dan atau membekunya lava di atas permukaan bumi. Batuan beku dibagi atas tiga
jenis, yaitu batuan beku asam, batuan beku intermediet, dan batuan beku basa.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat terjadinya lithifikasi atau
hancuran dari batuan lain. Berdasarkan cara terjadinya, batuan sedimen dibagi
atas batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non-klastik. Batuan metamorf
adalah batuan yang terbentuk oleh proses perubahan dari batuan asal yang
disebabkan oleh suatu proses yaitu proses metamorphose.
Jenis–jenis batuan dapat diklasifikasikan
berdasarkan prinsip dasar :
1.
Mineral
pembentuk batuan.
2.
Mineral
utama atau esensial batuan.
3.
Perbedaan
komposisi mineral berdasarkan struktur dan tekstur dari batuan itu sendiri.
Berdasarkan
cara terjadinya batuan di alam dapat dibedakan menjadi tiga golongan besar:
batuan beku, batuan sedimen dan batuan malihan (metamorfosa).
Masing-masing berbeda baik dalam struktur maupun dalam tekstur gabungan
mineral.
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil
pembekuan magma dibawah permukaan bumi, dan atau membekunya lava di atas
permukaan bumi. Batuan beku dibagi atas tiga jenis, yaitu batuan beku asam,
batuan beku intermediet, dan batuan beku basa.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat
terjadinya lithifikasi atau hancuran dari batuan lain. Berdasarkan cara
terjadinya, batuan sedimen dibagi atas batuan sedimen klastik dan batuan
sedimen non-klastik.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh
proses perubahan dari batuan asal yang disebabkan oleh suatu proses yaitu
proses metamorphose.
Topografi merupakan gambaran atau dimensi dari suatu objek
yang dilihatdari atas yang ukurannya di reduksi. Topografi
tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh
manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal (Ilmu Pengetahuan
Sosial). Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi,
dan identifikasi jenis lahan.
Faktor alami yang lain,seperti tumbuhnya
bunatang karang didaerah pantai,vulkanisme,dan lain-lain.Pengarauh manusia,
misalnya pembuatan pelabuhan, reklamasi pantai ,pengeringan rawa pantai,
pembutan jeti di pantai ,dan sebaginya yang kesemunya dapat mempengaruhi
perkembangan pantai.Faktor yang banyak di bahas dalam hal ini adalah faktor
gerakan air laut, yaitu yang meliputi gelombang (wave), arus (current),
dan pasang surut (tide), karena faktor
ini merupakan paktor yang paling berperan dalam perkembangan pantai.
Pada pantai Bunati topografi pantainya landai, itu karena
gelombang yang datang menuju pantai terhalang oleh terumbu karang yang ada di
depan pantai Sungai Cuka, sehingga energy gelombangnya menjadi berkurang.
Selain itu proses sedimentasi di perairan Desa Bunati tergolong besar, itu
diakibatkan oleh debit air sungai yang bermuara kelaut cukup banyak, sehingga
mengakibatkan sedimentasi pada perairan Desa Bunati.
1.2.
Tujuan dan kegunaan praktek lapang
1.
Mengidentifikasi secara visual jenis
batuan yang terdapat di lokasi praktek
2.
Mengetahui struktur batuan yang
tersingkap di sepanjang pantai lokasi praktek
3.
Mengetahui proses geomorfologi pantai di
lokasi tersebut.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup
praktek lapang di perairan Pantai Bunati adalah sebagai berikut :
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup praktek
lapang kali ini adalah mencakup lokasi perairan pesisir dan laut Desa Bunati
Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu dimana di sekitar tempat tersebut
merupakan wilayah Pelabuhan khusus.
1.3.1. Ruang Lingkup Materi
Praktik lapang ini menitik beratkan pada
materi pengenalan jenis batuan, pengamatan struktur batuan tersingkap dan
geomorfologi pantai di lokasi praktik. Ruang
lingkup praktik lapang kali ini adalah mencakup lokasi pesisir dan laut Desa
Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Dimana di sekitar tempat
tersebut terdapat beberapa jenis batuan yang akan di identifikasi oleh
Praktikan. Struktur dan singkapan bantuan yang ada di pantai Bunati, yaitu
batuan sedimen yang terbagi menjadi dua jenis batuan, yaitu batu bara dan batu
kerikil.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Geologi
Geologi adalah suatu
bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai
planit Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang
membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur,
proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta
sejarah perkembangannya sejak bumi ini
lahir di alam semesta hingga
sekarang. Geologi dapat digolongkan
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan materi yang
beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang ilmu
pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari
benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian
pegunungan (Noor, 2010).
Geologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang masa sekarang atau masa yang lampau dari bentuk-bentuk
morfologi, struktur bumi, lingkuungan dan kehidupan fosil yang terdapat pada
batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan air
dalam tanah batuan yang bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak
dan gas, endapan mineral maupun dapat sebagai konsultan bidang geologi teknik.
Ahli geologi dapat mengungkapkan fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan
tsunami, gunung meletus, banjir, gerakan tanah dan lain-lain. (Sukartono,
2010).
Menurut Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah
pengetahuan alam yang mempelajari litosfer (Lithos : batu, phere : lapisan) dan
gejala-gejalanya, semula ilmu geologi ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari
ilmu pengetahuan alam yang bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang
mempelajari atau menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi
dan menuliskan sejarah perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang
geologi mengalami perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun
berubah menjadi salah satu disiplin yang digunakan manusia masa kini secara
intensif dalam upaya mengubah lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang
layak.
2.2. Manfaat
Mempelajari Geologi Laut
Cakupan
dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu
mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi,
maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu geologi semakin
bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Manfaat
mempelajari geologi laut yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa
kepentingan dalam mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan
tersebut :
1. Ilmu geologi
dapat membantu untuk mengetahui dan memahami awal terjadi dan struktur dari
bumi sebagai planet khususnya daratan dan lautan yang menyusun kerak bumi.
2. Ilmu geologi
dapat membantu menjelaskan karakteritik dan babbling alam yang sangat
bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat berbeda ini dapat terbentuk
dan dimanfaatkan oleh manusia.
3. Pengetahuan
geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral dan batuan berharga
dapat dijumpai.
4. Keberadaan
material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi suatu daerah.
Pengetahuan geologi sangat membantu para ahli bangunan untuk mendapatkan
material bahan bangunan.
5. Ilmu geologi
sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air, karena keberadaan air
sangat tergantung juga pada jenis atau macam batuannya.
6. Pengetahuan
geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau meramalkan
kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam seperti longsoran, aktivitas
gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).
2.3. Struktur Geologi
dan Geomorfologi Pantai
Struktur Geologi merupakan studi mengenal unsur
– unsur struktur geologi, yaitu studi tentang perlipatan, rekahan, sesar, dan
sebagainya, yang terdapat didalam suatu satua tektonik. Tektonik sendiri
dianggap suatu studi yang mencakup masalah bentuk, pola evolusi dari satuan
tektonik dalam ukuran yang lebih besar seperti : cekungan sedimentasi,
rangkaian pegunungan, paparan dan sebagainya. Geologi struktur dalam hal ini
sudah pasti erat hubungannya dengan studi tentang struktur sekunder, yaitu
suatu struktur yang terbentuk setelah terjadi pengendapan batuan. Macam–macam
struktur sekunder :
a) Kekar (joint)
: yaitu rekahan–rekahan dalam batuan yang terjadi karena tekanan atau tarikan
yang disebabkan oleh gaya yang bekerja dalam kerak bumi.
Gambar 2.1. Macam-macam Kekar
b) Sesar (fault)
: adalah rekahan – rekahan dalam kulit bumi, yang telah mengalami pergeseran.
Gambar 2.2. Macam-macam Sesar
c) Lipatan (fold)
: yaitu penekukan pada batuan, baik dalam batuan sedimen atau metamorf.
Gambar 2.3.
Sketsa Sistem Pelipatan
d) Bidang
Pelapisan (unconformity) : yaitu suatu bidang erosi yang memisahkan
antara batuan yang lebih muda dari yang lebih tua.
Gambar 2.4.
Sketsa Sistem Pelipatan
Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang roman muka
bumi Geomorphology) berasal beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata
Geomorfologi (Geos (erath/bumi),
morphos (shape/bentuk), bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: logos
(knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka
pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan
bumi.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai
diskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari
sekedar ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang
kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta
bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti
plain, plateau, mountain dan sebagainya.
Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga
sebagai Siklus Geomorfik (Geomorphic
cycle) yang pada mulanya diajukan Davis dengan istilah Geomorphic cycle.
Siklus dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang mempunyai gejala yang
berlangsung secara terus menerus (kontinyu), dimana gejala yang pertama sama
dengan gejala yang terakhir. Siklus geomorfologi dapat diartikan sebagai
rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya menerus. Misalnya, suatu bentangalam
dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi apabila telah melalui
tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa dan tua (gambar dibawah).
Gambar 2.5. Siklus Geomorfologi
Stadium tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi
peremajaan (rejuvenation) atas suatu
bentangalam. Dengan kembali ke stadia muda, maka berarti bahwa siklus
geomorfologi yang kedua mulai berlangsung. Untuk ini dipakai formula n + 1 cycle, dimana n adalah jumlah siklus
yang mendahului dari satu siklus yang terakhir. Istilah lain yang sering
dipakai untuk hal yang sama dengan siklus geomorfologi adalah siklus erosi (cycle of erosion). Dengan
adanya kemungkinan terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula
istilah : the first cycle of erosion, the
second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc. Misalnya suatu
plateau yang mencapai tinmaturely
dissected plateau in the second cycle of erosion.
Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat dinamis karena
wilayah tersebut merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Oleh karena itu, morfologi dan bentang alam
wilayah pantai yang terbentuk merupakan hasil dari
hempasan
gelombang air laut dan aktivitas manusia.
Geomorfologi pantai dapat berupa dataran aluvial, bangunan pantai,
estuari, lagoon, delta, hutan mangrove dan bangunan pantai (Noor, 2010).
Geomorfologi yang merupakan salah
satu parameter dari kerentanan pantai terhadap kenaikan muka laut berpengaruh
terhadap tingkat erosi relatif pada suatu bagian pantai. Menurut Gornitz (1991) pantai yang sangat
rentan terhadap kenaikan muka laut adalah pantai dengan geomorfologi berupa
penghalang pantai, pantai berpasir, pantai berlumpur (mudflats), dan
delta. Sedangkan pantai dengan bentuk
geomorfologi berupa tebing tinggi dan fjords sangat tidak rentan terhadap
kenaikan muka laut.
2.4. Kelerengan Pantai
Kelerengan pantai adalah tingkat
kecuraman atau nilai kelandaian suatu daerah pantai yang diukur dari batas
zonasi tubuhan hingga batas air laut (Anonim, 2012).
Pengukuran kelerengan pantai
dilakukan pada saat surut yaitu pada pagi hari dan pada saat pasang pada sore
hari karena pantai pada saat surut akan tambah luas dan pada saat pasang luas
pantai akan berkurang.
Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dengan
menggunakan water pass dan kompas geologi. Pengambilan data dengan water pass
ditambah dengan peralatan lain seperti meteran, dan juga satu buah kayu range
sepanjang 2 meter. Langkah pertama, kayu range yang berukuran 2 m diletakkan
secara horizontal di atas pasir dan dilekatkan tepat pada batas pantai teratas.
Kemudian waterpass diletakkan di atas kayu range berukuran 2 m, lalu kayu
tersebut dipastikan horizontal sampai air pada alat water pass tepat berada di
tengah. Setelah dipastikan horizontal, hitung ketinggian kayu range tersebut
dengan meteran. Sehingga dapat diketahui kemiringan pantai tersebut
dengan cara menghitung sudut yang dibentuk antara garis horizontal dan vertikal
yang didapatkan. Pengukuran ini dilakukan dari batas pantai teratas sampai
pantai yang tepat menyentuh air.
Untuk
penggunaan kompas geologi dalam penentuan kemiringan pantai lebih sederhana
lagi, cukup dengan meletakkan kompas di pantai, kemudian putar alat
pengaturannya sampai air pada kompas sebagai penanda horizontal tepat berada di
tengah. Nilai kemiringan pantai dapat diperoleh langsung dengan melihat nilai
yang tertera pada kompas geologi tersebut (Anonim, 2011).
2.5. Jenis-Jenis Batuan
Berdasarkan kejadiannya atau cara
terbentuknya atau genesanya menjadi 3 kelompok utama:
1.
Batuan beku,
batuan yang terbentuk dari pembekuan magma
2.
Batuan sedimen,
batuan yang terbentuk dari hasil rombakkan batuan yang telah ada sebelumnya
3.
Batuan
metamorf, batuan yang terbentuk akibat adanya pengaruh tekanan, panas atau
keduanya yang sangat tinggi (Nurdin 2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi
mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka.
Ciri–ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf.
Mereka lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk
mereka. Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi
(Pettijohn 1987).
Pengkelasan
ini dibuat dengan berdasarkan:
1. Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat
di dalam batu ini.
2. Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur
mineral di dalam batu
3. Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam
batu.
4. Proses pembentukan (Anonim 2011).
2.5.1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang
terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma di dalam maupun di
permukaan bumi. Secara umum, mineral-mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan
oleh bowen reaction series (Nurdin 2009).
Berdasarkan tempat terbentuknya,
batuan beku dapat dibagi menjadi 2, yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :
a.
Batuan beku
plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan
yang proses terbentuknya jauh di dalam bumi (15 – 50 km). Batuan ini terbentuk
dari pendinginan yang berjalan sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini
mempunyai kristal yang sempurna (holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
- Pada umumnya berbutir kasar
- Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
b. Batuan beku vulkanis
Merupakan batuan yang terbentuk di
permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
- Berbutir halus dan sering terdapat kaca
- Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).
2.5.2.
Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang
terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada
sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis
demi lapis pada permukaan bumiyang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi)
dan diagenesa (Nurdin 2009).
Proses pembentukan sedimen menjadi
batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam
diaganesis, antara lain:
a.
Kompaksi, yaitu
pembentukan akibat beban akumulasi sedimen atau material lain yang menyebabkan
hubungan antar butir lebih lekat, air dalam pori-pori antar butir keluar
menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan porositasnya menjadi
berkurang.
b.
Sementasi,
yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkan material terlarut (CaCO3,
SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral lempung)
menyemen butiran-butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimen menjadi lebih
kecil dari material semula.
c.
Rekristalisasi,
dimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saat sedimen terakumulasi
mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
d.
Pelarutan,
terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi atasnya
sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan.
e.
Autijenesis,
pembentukan mineral baru.
f.
Penggantian (replacement).
g.
Bioturbasi,
yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi lempung dan mempunyai
porositas yang tinggi.
Batuan sedimen dibagi menjadi 2
(dua) jenis berdasarkan cara terbentuknya batuan tersebut, yaitu :
a.
Batuan sedimen
klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dengan proses mekanis
(disintegrasi menjadi fragmen yang lebih kecil); pelapukan; kimiawi; erosi;
transportasi oleh air,angin, dan es; sedimentasi (pengendapan), dan diagenesis.
b.
Batuan sedimen
non-klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk karena adanya ubahan tidak
secara mekanis bisa karena terjadi perubahank imiawinya atau karena pengaruh
makhluk hidup (Nurdin 2009).
Pengelompokkan yang sederhana dalam
batuan sedimen adalah dua kelompok besar, yaitu:
a.
Batuan Sedimen
Klastik
Terdiri dari material-material
pecahan atau hancuran batuan atau mineral yang sudah ada sebelumnya.
(fragmen-pecahan besar dan matriks-pecahan kecil). Terbentuk sebagai akibat
kompaksi dari material batuan beku, batuan sedimen lain, dan batuan malihan,
dengan ukuran butir beragam. Karena pembentukan tersebut diakibatkan oleh
angin, air, atau es, maka disebut juga batuan sedimen mekanik (mechanical
sediment). Contoh : breksi, rudaceous, arkose, greywacky, batupasir,
batulempung, batu serpih, argillaceous, arenaseous, konglomerat, tilit
(tillite, konglomerat/breksi yang terendapkan oleh es), batu lanau dan
sebagainya (Nurdin 2009).
b.
Batuan Sedimen
Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari
hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme. Reaksi yang
dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (penggaraman unsur –
unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan
replacement).Ciri khas tekstur nonklastikadanya kristal-kristal yang saling
menjari, tidak ada ruang berpori-pori antarbutir, dan umumnya mono mineralik.
Kristal-kristal dalam batuan sedimen non klastik dapat berbentuk serabut,
lembaran atau butiran (Nurdin 2009).
c.
Batuan Sedimen
Kimiawi
Sedimen kimiawi adalah sedimen yang
pembentukannya dari pengendapan mineral yang terlarut dalam air.
- Batuan Sedimen Evaporit
Batuan yang mineral penyusunnya yang
bersifat mono mineral, yangdikenal sebagai mineral garam. Batuan evaporit
biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis-lapis. Contohnya batuan
evaporit yang utama:batuan gip, batuan anhidrit dan batu garam (halit).
- Batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk ke dalam
golongan ini adalah batuan yang bersifat mono mineral, dan banyak serta langka
terdapat sebagai batuan, seperti rijang (chert)
-
Batuan Sedimen
Organik
Batuan sedimen organik berasal dari
akumulasi flora dan fauna yang telah mati, misalnya :
1)
Batu gamping,
cangkang, terumbu
2)
Radiolaria
(dari radiolarian laut dalam)
3)
Diatomea (dari
tumbuhan)
4)
Batu bara (dari
mangrove)
5)
Hidrokarbon dan
gas (dari foraminifera)
- Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan yang
terdiri dari material karbonat yangt erdiri dari butiran dan matrik sebanyak
75% tanpa semen. Contohnya adalah limestone dan dolostone. Tekstur dari batuan
ini tidak sama dengan batuan lainnya (mono mineral) (Nurdin 2009).
Terdapat tiga jenis proses
pengubahan yang menyebabkan sedimenkarbonat berubah menjadi batuan karbonat.
Ketiga proses ini adalah :
1)
Litifikasi
sedimen karbonat
2)
Pengkristalan
kalsium karbonat yang semula dalam keadaan membatu
3)
Penggantian
materi-materi lain oleh kalsium karbonat
Komponen utama batuan karbonat
terdiri dari 6 komponen, yaitu:
1)
Butiran (the
allochemical component)
-
non skeletal :
ooids (<2mm), pisoids, coated grains (inti : fosil), intraclasts,
extraclasts
-
skeletal
components : fosil
2)
Lumpur karbonat
-
matriks
diantara butiran; material alogenik (lumpur karbonat) maupunautigenik
(mikrokristalin)
-
mikrit
(mikrokristalin ukuran < 5 µm); mikrospar (5-15 µm)
3)
Komponen
Terigen : non karbonat (kuarsa, felspar, dll)
4)
Semen Kalsit
Spar : mengisi antara butiran / rongga; lebih kasar dari mikrit
5)
Mineral
Autigenik : dolomit, kuarsa, glaukonit
6)
Rongga : semua
celah/tempat yang dapat diisi oleh air, hidrokarbon,maupun udara.
2.5.3.
Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan
yang telah mengalami perubahan akibattekanan dan atau suhu yang tinggi
(T>2000°C dan P>300Mpa) yang terjadi
secara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogi yang berbeda. Proses
pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme, metamorfisme sendiri dapat
dibagi menjadi 4, diantaranya:
- Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik pada
metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi rekstalisasi
bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat sesar yang akan
menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
- Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma), terjadi
rekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
- Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam,
suhu 3000°C,kelompok mineral zeolit.
-
Metamorfisme
regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal.
Klasifikasi yang paling sering
digunakan adalah berdasarkan keadaan foliasi yang berkembang, dengan komposisi
mineral berperan sebagai tambahan. Berdasarkan foliasi, batuan metamorf
dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang:
a.
Berfoliasi
sangat kuat, yaitu yang mudah pecah melalui bidang foliasi,biasanya karena
melimpahnya Mika yang terorientasi. Batuannya adalah:
1)
Slate (batu sabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram padabidang
foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batu sabak tampak merah bila mengandung
banyak kematite, hijau bila klorit,dan umumnya abu-abu sampai hitam bila banyak
grafit.
2)
Phyllite (Fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar daripada
batusabak dan bidang foliasinya mengkilat karena Mika atau Klorityang sudah
lebih banyak daripada batusabak. Batuan ini merupakanperalihan dari batusabak
ke batusekis.
3)
Schist (Skis). Bersifat fanerik, banyak mengandung mineral pipih yang
terorientasi seperti: Mika, Klorit, Talk, Grafit.
b.
Berfoliasi
lemah, yaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat pecah melalui
bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan dengan
mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar.Butirannya antara
lain: Gneiss (Gneis), bersifat fanerik, berbutir sedang sampai kasar. Komposisi
yang utama: Kuarsa, Feldspar, Mika, dan kadang-kadang Hornblende.
c.
Berfoliasi
sangat lemah sampai nonf oliasi: batuan didominasi olehmineral-mineral
berbentuk kubus, mineral–mineral pipih bila ada orientasinya acak. Batuan ada
yang granular atau berlineasi. Batuannya antara lain:
1)
Quartzite (Kuarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah Kuarsa,bila pecah
tak rata dan tidak mengelilingi butiran, non foliasi.
2)
Marble (Marmer). Berkomposisi utama Kalsit, warna abu-abu (biasanya)
karena Grafit (bereaksi positif dengan HCl).
3)
Hornfels. Bersifat afanitik sampai fanerik halus, berkomposisi Kuarsa,
Feldspar, Mika (diketahui dari pengamatan lapangan).
4)
Granofels. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Kuarsa dan
Feldspar (yang berbentuk kubus).
5)
Granulite. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Piroksindan
Garnet di samping Kuarsa dan Feldspar.
6)
Serpentinite. Nonfoliasi sampai lineasi, berwarna hijau, hijau sampai kuning
pucat. Komposisi utamanya Serpentin (Nurdin 2009).
Gambar 2.6. Siklus Batuan
2.6.
Strike dan Dip
Strike
atau Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar
dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dip adalah
derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang
arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang
planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan,
bidang kekar, bidang sesar, dll.
Gambar 2.7. Strike
Dip pada bidang
Strike
Dip pada batuan umumnya muncul pada
batuan hasil pengendapan (sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf
yang berstruktur foliasi. Penulisan strike dan dip hasil
pengamatan ialah : N (Derajat Strike)
E(Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike)
and (Nilai Dip).
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan
kompas Geologi. Kompas Geologi (gambar
2.7) mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki klinometer
juga bulls eye. Klinometer
adalah rangkaian alat yang berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi
gelembung udara berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi
horizontal.
Gambar 2.7.
Kompas Geologi
BAB 3. METODE PRAKTEK
3.1. Waktu dan Tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada hari Rabu Tanggal 28 April
s.d 1 Mei 2016. Tempat Praktek Geologi Laut ini adalah
di Desa Bunati, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.
3.2. Alat dan
Bahan
No
|
Nama
|
Fungsi
|
1.
|
Palu
Geologi
|
Membantu
mengambil sampel batuan
|
2.
|
Kantong
sampel
|
Memasuukkan
sampel batuan
|
3.
|
Alat
tulis
|
Mencatat
hasil pengamatan
|
4.
|
Kamera
|
Mendominasikan
|
5.
|
Theodolit
|
Membantu
pengukuran kontur tanah
|
6.
|
Waterpass
|
Mengukur
kemiringan suatu lokasi
|
7.
8.
9.
|
Rambu
ukur
GPS
Kompas Geologi
|
Alat
pendukung pengambilan data menggunalan theodolite
dan waterpass
Menentukan titik koordinat
Mengukur Strike dan Dip
|
3.3.Prosedur
Kerja
Lokasi pengambilan data batuan yang
berada di Desa Bunati adalah di setiap garis pantai di daerah tersebut. Adapun
prosedur yang dilakukan pada saat pengambilan data di lapangan yaitu:
1. Pengambilan data batuan
a. Mengamati
dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang pantai lokasi praktek.
b.
Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c. Mengklasifikasikan berdasarkan jenis
batuannya
d. Kelandaian pantai dan pembuatan peta
2. Pengambilan data kelandaian pantai
a. Menentukan titik
lokasi yang akan di ambil datanya
b. Melakukan
pengambilan data menggunakan theodolit
dan waterpass
c.
Mencatat hasil pengukuran tersebut.
3. Strike dan Dip
Langkah-langkah
dalam mengukur strike dan dip adalah:
1.
Mencari arah jurus pada bidang (strike)
-
Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak
terbalik menentukan arah.
-
Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E"
(sisi kompas bagian timur) pada bidang yang akan kita ukur.
-
Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan
gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.
-
Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang
mengarah ke utara. Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah
strike untuk menentukan dip.
2.
Mencari kemiringan bidang (dip)
-
Pada garis lurus yang dibentuk strike,
tempelkan sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat)
secara tegak lurus.
-
Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam
nya berada di tengah.
-
Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah
angka Dip.
Disamping menggunakan kompas
Geologi, strike dip bidang dapat ditentukan dengan metode 3
titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan berikut kemiringannya di
lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam menentukan strike dan dip ini dapat
diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas, dan mineral-mineral lainnya.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Lokasi
Desa
Bunati merupakan desa nelayan yang memanjang dari timur ke barat, sebelah utara
berbatasan dengan Desa Karang Indah, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah timur dengan
Muara Sebamban. Sebelah timur sungai desa merupakan perkampungan nelayan.
Mayoritas penduduk Desa Bunati berasal dari suku Bugis, Banjar dan Jawa.
4.2. Jenis-Jenis Batuan Di Pantai Desa Bunati
Adapun data yang diperoleh dari praktek lapang
Geologi Laut di Pantai Bunati adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Data–data Jenis batuan
No
|
Kelompok batuan
|
Jenis batuan
|
Keterangan
|
1.
|
Batuan sedimen
|
Batu bara (Paleogen)
|
Wilayah garis pantai dan pada
daerah tanjung Teraban di Pantai Bunati
|
2.
|
Batuan sedimen
|
Batu lempung
|
Wilayah
garis pantai di Pantai Bunati
|
3.
|
Batuan sedimen
|
Batu apung
|
Wilayah
garis pantai di Pantai Bunati
|
Berdasarkan tabel di atas jenis
batuan yang ditemukan di Pantai Bunati termasuk kedalam kelompok batuan sedimen
dengan jensis batu lempung, dan batu bara (palogen). Berikut deskripsi dan
pembahasan ketiga batuan tersebut.
Batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi),
hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun
organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumiyang kemudian
mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa.
1.
Batu Bara
Paleogen
Merupakan batu bara yang terbentuk pada
cekungan intranmontain, contohnya yang terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan
Tenggara serta Sulawesi Selatan.
Gambar 4.1. Batu Bara (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
Batu bara termasuk dalam batuan sedimen non
klastik, batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari
proses kimiawi dan proses organik. Batu bara terbentuk dari proses organik
sehingga termasuk batuan sedimen organik
berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal
dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang
tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon
batubara.
Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat
pembatubaraan biasanya dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya.
Misalnya, batu bara bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit
listrik, pada industri baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal
atau steam coal). Adapun batu bara antrasit digunakan untuk proses
sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu
gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap (Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam
mengkilat, terkadang cokelat tua. Bituminous coal mengandung 86% karbon
dari beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai
untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi
sumber tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon
berbentuk padat.
2. Batu Lempung
Batuan
Lempung atau tanah liat adalah kata umum untuk partikel mineral
berkerangka dasar silikat yang
berdiameter kurang
dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang
halus. Unsur–unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah
unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung
terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Gambar 4.2. Batu Lempung (Sumber foto : IKL Unlam 2016)
Batu lempung termasuk dalam batuan sedimen
klastik, batuan sedimen klastik terbentuk atas dasar jenis batuan atas dasar
ukuran butirnya. Batu lempung adalah batuan sedimen klastik yang ukuran
butirnya ukuran lempung.
Lempung membentuk
gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan
oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida
silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki
lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1
memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium.
Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat
kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah
dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
4.3.
Geomorfologi Pantai di Desa Bunati
Bentang alam yang
terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil proses hasil perubahan gelombang air
laut. Singkapan-singkapan batuan yang berada disepanjang pantai dikenal sebagai
muka daratan (headlands) ter-erosi, menghasilkan pasir yang kemudian diangkut
di sepanjang garis pantai dan diendapkan di wilayah pantai membentuk
bentuk-bentuk bentangalam tertentu.
Daerah singkapan batuan terdapat pada daerah barat desa Bunati yaitu
tanjung Teraban.
Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai
landai (datar). Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan
berada pada zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat
sebagai akibat erosi gelombang laut.
Bentuk pantai Desa
Bunati berdasarkan materi penyusunnya termasuk Pantai berpasir. Pantai tipe ini
terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang, pengendapan sedimen, dan
material organik. Material penyusun terdiri atas pasir bercampur batu yang
berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai dan berasal dari daratan di
belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari daratan, material penyusun
pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di daerah
pantai itu sendiri.
Gambar 4.3. Geomorfologi
Pantai Bunati (Sumber foto : IKL
Unlam 2016)
Bentukan lahan yang terbentuk di
desa Bunati berasal bentukan lahan asal fluvial dan bentukan asal marine. Bentuklahan asal
proses fluvial terbentuk akibat aktivitas
aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
(sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan
dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh
material sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang
ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai
dan arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di muara
sungai. Tofografi delta pada desa Bunati berbentuk datar.
Bentukan asal marine
adalah bentuk lahan yang terbentuk dari proses laut oleh tenaga gelombang, arus
dan pasang surut. Bentukan lahan marine yang terdapat di lokasi praktek yaitu
gisik (beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik yang terbentuk pada lokasi praktik disebabkan
oleh arus dan gelombang. Arus di desa Bunati merupakan arus sepanjang pantai.
Angkutan sedimen pada desa Bunati dipengaruhi oleh arus dan gelombang pecah.
Transport sedimen bergerak sejajar garis pantai dan mengendap pada daerah
pecahnya gelombang (surf zone).
Material gisik pada pantai bunati berupa pasir halus. Sebagaimana terlihat pada
(gambar 4.4.)
Gambar 4.4. Gisik (beach)
di Pantai Bunati (Sumber foto :
IKL Unlam 2016)
Lidah pasir yang terbentuk di lokasi praktik disebabkan oleh
gelombang yang datang sejajar membentuk sudut sehingga arus sejajar pantai mengarah ke muara sungai.
Debit sungai lebih kecil dari arus sejajar pantai lebih besar sehingga sedimen
tertumpuk pada daerah muara sungai yang
menjorok kearah laut. Pada bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih
sedikit, yang berada di dekat sungai lebih banyak. Sebagaimana terlihat pada gambar
4.5.
Gambar 4.5. Lidah Pasir di
Pantai Bunati (Sumber foto : IKL
Unlam 2016)
4.4. Struktur Geologi
Desa Bunati
Bentuk profil kedalaman
(batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari dua bentuk yakni di bagian
barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang berhadapan dengan Laut
Jawa. Pada perairan Selat Laut,
menunjukkan di daerah pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari
Pulau Suwangi sampai ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di
pesisir Pulau Laut (Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak
terbentuk delta sebagai akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut
maksimal 11 m.
Profil kedalaman di
bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman 5 m berkisar pada
jarak 1 – 5 km dan kedalaman 10 m pada
jarak 6 – 16 km. Pengaruh gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama
pada musim timur (angin dominan dari arah tenggara).
Berdasarkan
hasil analisis kedalaman pantai Bunati yang berhadapan dengan laut jawa, desa
Bunati memiliki bentuk pantai yang landai (datar). Nilai kedalaman minimum
berkisar < 1,5 m (nilai 0 di anggap sebagai daratan).kedalaman maksimal
mencapai 7,5 m. Kedalaman di perairan Bunati dipengaruhi oleh hidrooseanografi
baik dari darat melalui aliran sungai maupun dari laut. Akibat proses ini,
sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak beraturan, dimana banyak
terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan sebagai akibat pengaruh
gelombang dan arus pasut baik dari sungai maupun laut.
Bentuk
relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga
daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu
melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
Gambar 4.6. Bentuk Relief Dasar Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
Berdasarkan
bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di
daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu
lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam
lingkungan tersebut.
Gambar 4.8.
Bentuk Profil Dasar Perairan Bunati (a) Profil
pertama yang berada di sebelah barat sungai, (b) Profil kedua yang berada di
ujung muara sungai dan (c) Profil ketiga yang berada di sebelah timur sungai
4.5. Strike dan Dip
Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan
(sedimen). tetapi juga dapat ditemukan pada batuan metamorf
yang berstruktur foliasi. Penulisan strike
dan dip N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East
(Nilai Strike) and (Nilai Dip).
Strike dip pada perlapisan batuan
dapat diukur dengan menggunakan kompas Geologi. Kompas Geologi mempunyai
kemampuan untuk mengukur strike dip
karena memiliki klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat
yang berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls
eye adalah tabung isi gelembung udara berguna untuk memposisikan
kompas geologi agar menjadi horizontal. Intinya adalah mengetahui pelamparan
batuan berikut kemiringannya di lapangan.
Adapun hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang
Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o
E/3o, pengambilan data pukul 15:30,
diukur
dengan menggunakan kompas geologi.
Gambar 4.9. strike dan dip
di Pantai Bunati (Sumber
foto : IKL Unlam 2016)
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Jenis-jenis
batuan yang terdapat di sepanjang garis pantai Bunati termasuk dalam jenis
batuan sedimen yang terdiri dari batu bara dan batu lempung. Struktur singkapan
batuan yang terdapat di pantai Bunati adalah formasi dahor dan formasi
alluvium.
2. Morfologi
pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar). Pembentukan
pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan berada pada zona muka air
laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat erosi
gelombang laut.
3. Berdasarkan
bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di
daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang
Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o
E/3o.
5.2. Saran
Sebaiknya
ke depannya pelaksanaan praktek dapat terkoordinasi dengan lebih baik, sehingga
para praktikan tidak kebingungan saat pelaksanaan di lapangan. Selain itu yang
paling utama para praktikan dapat benar-benar memahami tujuan dari pelaksanaan
praktek selain harus memahami cara-cara pengambilan data dan penggunaan alat.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar. 2009. Petunjuk
Praktikum Petrologi. Tim Geologi. Yogyakarta.
Endarto, Danang. 2005. Mineralogi.
Jakarta.
Firdaus. 2011. Penuntun
Geologi Dasar. FMIPA Unhalu. Kendari.
Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-dasar
Gomorfologi. Fakultas
Matematika dan llmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang. Malang.
Nurdin, Ade Akhyar. 2009. Tugas Mata Kuliah Mikropaleontologi Dasar-Dasar Mikropaleontologi
(Batuan, Stratigrafi, Sedimentologi). Fakultas Sains dan Teknik Universitas
Jenderal Soedirman. Purbalingga.
Nurlina. 2016. Materi Kuliah Geologi laut. Program Studi
Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Modul praktek lapang Geologi
Laut 2016 Program
Studi Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Noor, Djauhari, 2010. Pengantar Geologi. Bogor.
Raharjo, 2006 . Klasifikasi Batu Bara.
http://www.chem-is-try.org. (diakses pada tanggal 25 Mei 2011).
Siswati.
Utomo, Radityo. 2012. Tugas Mata Kuliah.
Geomorfologi Umum. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang. Malang.
Comments
Post a Comment