Disolved Organic Matter and Paericulates Organic Matter
"Disolved Organic Matter and Paericulates Organic Matter"
Disolved Organic Matter and
Particulates Organic Matter
A. Latar
Belakang
Indonesia
telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan
dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km. Didalam
lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air
maupun hewan air. Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat sangat
berdayaguna, yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar
dari zat cairnya. Sifat ini dapat dilihat dari banyaknya unsur-unsur pokok yang
terdapat di dalam air laut. Selain itu air laut juga mengandung sejumlah besar
gas-gas udara yang terlarut. Semua gas-gas yang ada di atmosfir dapat dijumpai
di dalam air laut walaupun jumlah terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan yang ada di atmosfirKualitas air laut dikatakan baik atau
buruk tergantung pada produktivitasnya. Kondisi ini ditentukan oleh keberadaan
mikro nutrien anorganik khususnya nitrogen dan fosfat. Material organik
terlarut tidak hanya sebagai sumber energi tetapi juga sumber senyawa organik
esensial yang tidak dapat disintesa oleh organisme tersebut. Banyak zat-zat
dikeluarkan oleh kehidupan air laut sebagai ectocrines yang mempercepat atau memperlambat pertumbuhan.
Prakash dan Rashid (1968) dalam Riley
dan Chester (1975) menyatakan bahwa pertumbuhan didukung oleh banyaknya humic
acid yang secara ekologi penting dalam perairan pantai. Jumlah bahan organik
terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik tidak
terlarut. Hanya berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut terdiri dari sel
hidup. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organisme hidup melalui proses
metabolisme dan hasil pembusukan.
Bahan organik terlarut total atau Total Organik Matter
(TOM) menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri
dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Bahan
organik merupakan bahan bersifat kompleks dan dinamis yang berasal dari sisa
tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah yang mengalami perombakan. Bahan
ini terus-menerus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor
fisika, kimia dan biologi. Dekomposisi bahan organik di pengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain susunan residu, suhu, pH, dan ketersediaan zat hara dan
oksigen (Miswar, 2002).
Secara
umum, berdasarkan ukurannya, bahan organik terdapat dalam dua kelompok utama,
yaitu bahan organik dalam bentuk partikel (Particulate Organic Matter)
POM, dan bahan organik terlarut (Dissolved Organic Matter) DOM. POM adalah
bahan organik yang berbentuk partikel yang tertahan/tertinggal pada saringan
berukuran 0.5 μm, termasuk ke dalamnya adalah karbon organik partikel (POC),
nitrogen organik partikel (PON), dan fosfat organik partikel (POP). DOM adalah
bahan organik yang lolos pada saringan berukuran 0.5 μm, yang meliputi karbon
organik terlarut (DOC), nitrogen organik terlarut (DON), dan fosfat organik
terlarut (DOP). Gabungan dari POM dan DOM disebut dengan Bahan Organik Total (Total
Organic Matter, TOM). (Libes 1971). Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mempelajari tentang bahan organik terlarut dan bahan organik partikel
yang ada diperairan yang mencakup daur bahan organik, sumber bahan organik, dan
pengelompokan bahan organik.
B. Pengertian
Bahan Organik
Bahan
atau materi organik adalah semua senyawa yang mengandung karbon termasuk
substansi yang dihasilkan dari proses hidup (kayu, kapas, wol), minyak bumi,
gas alam (metan), cairan pelarut/pembersih, fiber sintetik dan plastik. (Manahan,
2001).
Karbon merupakan bahan dasar dari
semua bahan organik. Selain itu, karbon ditemukan sebagai gas karbondioksida
dan sebagai karbonat. Karbon juga terdapat pada bahan bakar fosil (batu bara,
gas alam, dan minyak). Tumbuhan hijau menangkap karbondioksida (CO2) dan mereduksinya
menjadi senyawa organik. (Manahan, 2001).
Jumlah
oksigen (dalam mg/l atau ppm) yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan
bahan organik yang degradable (dapat terurai) biasanya menjadi tolak ukur
terjadinya pencemaran atau beban bahan organik di perairan. Kriteria ini
dikenal sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD). Sebuah indeks jumlah oksigen
yang digunakan organisme untuk metabolisme makanannya baik secara biologi
maupun melalui proses kimiawi. Walaupun ada yang menterjemahkan BOD sebagai
Biological Oxygen Demand akan tetapi sebenarnya proses yang terjadi bukan
hanya proses biologi tapi juga proses kimiawi. Jumlah BOD yang tinggi
menunjukkan banyaknya bahan organik. Bila air memiliki BOD rendah secara umum
berarti jumlah limbah bahan organiknya rendah sepanjang limbahnya adalah
limbah yang degradable . (Manahan, 2001).
C. Daur Bahan
Organik
Daur
bahan organik atau disingkat daur organik di laut sama dengan daur organik di
lingkungan air tawar dan di darat. Karbon (C) bersama-sama dengan unsur hara
lainnya seperti posfor (P) dan nitrogen (N) melalui proses fotosintesis
menghasilkan jaringan tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan. Keduanya akan
menghasilkan zat organik dan jika mereka mati dan membusuk maka akan dihasilkan
bahan mentah untuk memulai daur bahan organik lagi. Unsur hara nitrogen (N)
tidak mempunyai hubungan tetap dengan unsurk hara posfor (P), tetapi
bersama-sama dengan karbon (C), N dan P, merupakan unsur-unsur utama dalam
produksi zat organik. Walaupun hara C terdapat dalam jumlah yang banyak,
tetapi kedua unsur hara N dan P menjadi faktor pembatas dalam daur bahan
organik di laut. (Anonim, 2009).
Gambar 1. Daur bahan organik
D. Sumber Bahan
organik
Bahan
organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan sungai. Bahan
organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l, terutama
berasal dari pelepasan humic material dan hasil penguraian dari buah – buahan
yang jatuh di tanah. Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam
bentuk sewage (kotoran) dan buangan industri. Sebagian besar sudah siap
dioksidasi dan segera membusuk karena bakteri dalam air laut. Namun dalam
batasan badan air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen secara biologi
terpenuhi dikarenakan kondisi anoksik tersedia.(Anonim,2009).
Gambar 2. Sumber bahan
organik.
Aloton ( eksternal)
1.
Sungai
Bahan
organik yang terangkut melalui sungai berupa hasil dekomposisi tanaman,
penggelontoran substansi humus, masukan antropogenik. Sekitar 40 -80% DOC
(Substansi Humus, berupa Asam Fulvic) Bahan Organik Karbon Terlarut (DOC)
Mencapai ~ 20 mg/l, Bahan Organik Karbon Partikulat Berkisar 1 - 2,5 mg/l. (Anonim,2009).
2. Atmosfer
Bahan
organik yang berasal dari atmofer dibawa oleh angina yang terdiri dari POC
Viable Bakteri, Pollen, Algae, yeast, Moulds, Mycoplasma, Virus, Protozoa,
& Nematoda Non Viable Kelompok Senyawa Lipid, dan VOM Gas
Methane (Senyawa Hidrokarbon). (Anonim,2009).
3. Sedimen
Bahan
organik yang beralsal dari sedimen sangat beragam terdiri dari hidrokarbon, asam
lemak, asam amino, peptida, karbohidrat, polimer alami, kerogen & materi
humus. Bahan organik yang terendapkan di sedimen terlarut berupa makromolekul biogenik (protein,
karbohidrat & lemak), sedangkan yang tidak terlarut berupa humic, fulvic,
humin. (Anonim,2009).
Autoton (Internal)
1.
Produktivitas
Primer
Bahan
organic yang berasal dari produktivitas primer berupa fitoplankton sebagai sumber
utama penghasil bahan organik melalui proses fotosintesis yang menghasilkan
karbon, karbohidrat yang dapat dikonversi menjadi protein, lipid, dan senyawa
lainnya melalui proses metabolisme dan penambahan beberapa substansi lainnya. (Anonim,2009).
2.
Aktivitas
Biologi Makro dan Mikro Organisme
Ekresi
ekstraseluler alga Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton. Hasil
fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam badan perairan.
Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk organisme laut lainnya dan
juga berperan dalam kontrol ekologi. Asam amino dan karbohidrat merupakan bahan
yang dikeluarkan secara dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp. Ekresi
hewan laut Eksresi zooplanton dan binatang laut lainnya.Eksresi zooplankton dan
binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan organik terlarut di laut.
Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous seperti urea,
purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amin,
trimethyl amine oxide dan asam amino (glycine, taurine dan alanine).
(Hellebust, 1965 dalam Riley dan
Chester 1975).
3. Dekomposisi
Dekomposisi
adalah gabungan proses fragmentasi, perubahan struktur fisik & kegiatan
enzim oleh dekomposer yang merubah bahan organik menjadi bahan anorganik. Proses
pembusukan organisme yang mati penguraian organisme mati oleh bakteri ada dua
mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan bakterial. Di
alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat penguraiannya
tergantung pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan bakteri
yang diperlukan. Dalam proses autolisis, reaksi penguraian terjadi karena
adanya enzim di dalam sel dan hasilnya selanjutnya akan dilepaskan kedalam
badan perairan.menurut johanes (1968) dalam
riley dan chester (1975), ekresi dari mikroorganisme seperti protozoa merupakan
sumber yang penting dari bahan organik karbon. Proses pelepasan nitrogen dan
fospor dari organisme mati dalam air laut terjadi dengan cepat. Waksman, et al
(1938) dalam riley dan chester (1975)
telah menemukan bahwa setengah dari nitrogen yang ada dalam zooplankton mati,
diubah menjadi amonia dalam waktu 2 minggu dan fospat dilepaskan dengan cepat.
Skopintsev (1949) dalam riley dan
chester (1975) menyatakan bahwa 70 % organik karbon tidak terlarut di dalam
kultur alga mati akan dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan
setelah enam bulan ditemukan sekitar 5% yang diubah kedalam bahan organik
terlarut.
E.
Pengelompokkan Bahan Organik di Laut
Macam
– Macam Bahan organik dalam air laut dapat dibagi atas dua
bagian yaitu :
1.
Bahan Organik
Terlarut Dalam Air Laut.
Bahan
organik terlarut yang berukuran < 0.5 μm. Jumlah bahan organik terlarut
dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik tidak terlarut. Hanya
berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut terdiri dari sel hidup. Semua bahan
organik ini dihasilkan oleh organisme hidup melalui proses metabolisme dan
hasil pembusukan Bahan organik karbon berukuran 0,3 – 3 mgC/ l pada
perairan pantai, ditemukan sebagai hasil peningkatan aktivitas fitoplankton dan
polusi dari daratan. (Anonim,2008)
a.
Metode penentuan
karbon organik
Ditemukan
oleh Menzel dan Vaccaro (1964) dalam Riley
dan Chester (1975) dengan menyaring sampel, dipindahkan ke sebuah ampul dan
diacidified sparging dengan uap udara bersih untuk memisahkan karbondioksida
yang bergabung dengan keseimbangan asam karbonik. Sampel ini dihilangkan dengan
Potasium Peroksidisulfat (K2S2O8) lalu ampul ditutup.
Selanjutnya dipanaskan dengan suhu 130°C dalam sebuah autoclave selama 1 jam.
Setelah dingin autoclave dibuka dan karbondioksida terbentuk oleh oksidasi dari
bahan organik yang diubah dengan helium atau nitrogen, lalu diukur dengan alat
ukur yang terbuat dari infra red absorption atau dengan absorption
chromatography. (Anonim,2008).
Bahan organik
nitrogen
Penentuan bahan
organik nitrogen terlarut (5 – 300 μgN/l) dikemukakan oleh Strikland
dan Persons (1968). Bahan organik nitrogen dioksidasi menjadi nitrit+ oleh
penyinaran yang bersumber dari radiasi ultra violet. Nitrat selanjutnya
direduksi ke nitrit menggunakan cadmium reduktor column sehingga total
nitratnitrogen dapat ditentukan.
Sifat Bahan
Organik Terlarut dalam Air Laut
Sebagian besar
bahan organik terlarut dalam air laut terdiri atas material yang kompleks dan
sangat tahan terhadap penguraian bakteri. Secara lebih jelas konsentrasi
representatif beberapa bahan organik karbon terlarut di permukaan air
laut dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
No
Bahan Organik
Konsentrasi(μg/l)
Lokasi
1
Methane
1
Trop Atlantic
2
Paraffinic
Hidrocarbons
400
South Pasific
3
Pristane
2,6,10,14
Teluk cape Cod
4
Pentoses
0.5
Pacific of California
5
Hexoses
14-36
Pacific of california
6
Malic Acid
300
Atlantic Coast
7
Citric Acid
140
Atlantic Coast
8
Triglecerydes + Fatty
Acid
200
South Pacific
9
Amino Acid
10-25
Irish Sea
10
Vitamin B12
0-0.01
Various
11
Thiamine (Vitamin B1)
0.021
Long Island Sound
12
Biotine
0.01
G. of Mexico
13
Urea
0-80
English Channel
14
Adenine
100-1000
G. of Mexico
15
Uracil
300
G. of Mexico
16
p-Hydroxy-Benzoic Acid
1-3
Pacific of california
17
Vannilic Acid
1-3
Pacific of california
18
Syringic Acid
1-3
Pacific of california
Sumber : Riley
dan Chester (1975)
Efek Ekologi
Material Organik Terlarut
Kualitas air
laut dikatakan baik atau buruk tergantung pada produktivitasnya. Kondisi ini
ditentukan oleh keberadaan mikro nutrien anorganik khususnya nitrogen dan
fosfat. Material organik terlarut tidak hanya sebagai sumber energi tetapi juga
sumber senyawa organik esensial yang tidak dapat disintesa oleh organisme
tersebut. Banyak zat-zat dikeluarkan oleh kehidupan air laut sebagai ectocrines
yang mempercepat atau memperlambat pertumbuhan. Prakash dan Rashid (1968) dalam Riley dan Chester (1975)
menyatakan bahwa pertumbuhan didukung oleh banyaknya humic acid yang secara
ekologi penting dalam perairan pantai. Penghambat pertumbuhan dapat ditemukan
dalam media kultur antara antibiotik dan racun. Zat racun dikeluarkan oleh
dinoflagellata seperti Gynodinium breze dan Gonyoulax polyhedra yang dapat
menyebabkan “red tide”. Zat polifenol dihasilkan oleh alga coklat
menghambat pertumbuhan beberapa spesies dari alga unicellular. Zat ini mungkin
penting secara ekologi menekan pertumbuhan epiphytes.
b.
Distribusi
Organik Karbon Terlarut dalam Air Laut
Hampir
seluruh organik karbon terlarut dalam air laut berasal dari karbondioksida yang
dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung pada keseimbangan
antara rata-rata organik karbon terlarut yang dibentuk oleh hasil pembusukan,
eksresi dan rata-rata hasil penguraian atau pemanfaatannya. Libes (1971)
menyatakan distribusi dissolved organic matter, particulate organic matter dan
organik karbon erat hubungannya dengan produktivitas primer Produktivitas
primer sangat tinggi di daerah pantai dan rendah pada daerah laut terbuka. Konsentrasi
bahan organik berdasarkan variasi musim dan kedalaman.
Variasi Menurut
Musim
a) Terjadi hanya
pada daerah yang dipengaruhi musim (North sea).
b) Musim semi
dan awal musim panas merupakan konsentrasi tertinggi (Ca1,8
mg/ l).
c) Musim panas
konsentrasi menurun.
d) Musim gugur
– awal musim semi, konsentrasi sedikit menurun
Variasi
Menurut Kedalaman
a) Permukaan,
konsentrasi bahan organik karbon terlarut dan nitrogen paling tinggi.
b) Bagian bawah zona
eufotik, konsentrasi mulai menurun dengan meningkatnya kedalaman dan terdapat
perbedaan antra satu tempat dengan tempat lainnya tergantung pada
produktivitas, ketersediaan heterotrof dan kondisi hidrografik.Pada kedalaman
lebih besar dari 100 meter konsentrasi masih relatif konstan.
c) Pada perairan dalam,
kandungan bahan organik karbon terlarut terlihat kecil tetapi signifikan dan
berbeda menurut kedalaman. Perbedaan konsentrasi organik terlarut dengan
nitrogen pada permukaan perairan sekitar 100 : 15 sampai 100 : 25. (Anonim,
2008)
2. Bahan Organik Tidak
Terlarut Dalam Air Laut
Bahan
organik tidak terlarut dalam air laut berukuran lebih besar dari 0,5 μm. Pada
lapisan permukaan air laut material organik tak terlarut ini berupa detritus
dan fitoplankton. Pada zona eufotik konsentrasinya lebih tinggi dari lapoisan
di bawahnya. Bahan organik tak terlarut ini berfungsi menyediakan makanan untuk
organisme pada beberapa tingkatan tropik.
a.
Sumber Bahan
Organik Tidak Terlarut dalam Air Laut
v Di bawah air sungai (4,2 – 109 gC/ l)
berukuran lebih kecil dari rata-rata produksi primer di laut (
4 – 1016 gC/ l).
v Sebagian besar particulate organic matter dilaut dihasilkan
oleh beberapa organisme penghasil utama seperti fitoplankton, makroalga dan
bakteri kemoautotrofik. Produksi utama ini dihasilkan oleh fotoautotrofik nanoplankton
(berdiameter 2,0 – 20 μm).
v Sekitar 10 % dihasilkan dari tanaman dalam bentuk
senyawa, berat molekulnya ringan seperti asam amino, asam trikarboksilik. Hasil
ini dengan cepat dikonsumsi oleh bakteri.
v Hasil agregasi dan pengendapan dissolved organic
matter dari laut.
v Pada subsurface dalam waktu tertentu butir-butir
fecal zooplankton merupakan komponen yang terbesar dari bahan organik tak
terlarut. (Dennis, 2001)
b.
Perbedaan Secara
Ekologi dan Sifat Bahan Organik Partikulat.
v Daerah eufotik.
Bahan organik
partikulat di daerah eufotik terdiri dari fitoplankton dan bakteri
bersama dengan detritus. Pertumbuhan lebih baik diperoleh dengan
percampuran dari dua atau lebih spesies dibandingkan satu spesies. Pada kondisi
biasa, diatom mungkin dapat digunakan sebagai makanan pokok kopepoda
(Beklemistur, 1954 dalam Riley dan
Chester, 1975), tetapi cocolithophores dan dinoflagellata juga dapat digunakan
(Marshall dan Orr, 1952 dalam Riley
dan Chester, 1975). Pada saat fitoplankton melimpah, zooplankton mengkonsumsi
lebih banyak fitoplankton daripada diassimilasi (Beklemishev, 1962 dalam Riley dan Chester,1975). Saat
fitoplankton melimpah detritus berfungsi hanya sebagai pelengkap makanan
zooplankton. Namun disaat zooplankton kurang, detritus merupakan bagian
terbesar makanan binatang di laut (Harvey, 1950., Fox, 1950., Roley, 1959 dalam Riley dan Chester, 1975). Pada
perairan yang dangkal, banyak detritus sampai ke dasar laut dimana detritus itu
dicerna oleh organisme dasar.Dekomposisi bakteri menjadi mekanisme dasar bagi
detritus, bakteri menggunakan bahan partikulate untuk suplay energi dan
material bagi protoplasma.Selama proses respirasi dan metabolik CO2,
amonia dan ion fosfat dilepaskan ke dalam air.
v Daerah Perairan Dalam.
Meskipun banyak
detritus di daerah eufotik berukuran relatif besar karena diuraikan oleh
bakteri sehingga sangat sedikit yang mencapai kedalaman 200-300 meter (Fox,
1950 dalam Riley dan Chester, 1971). Sebagian besar dikonsumsi oleh filter
feeder perairan dalam yang memiliki nilai gizi (Harvey, 1955 dalam Riley dan Chester, 1975) dan tenggelam sampai
dasar lautan bergabung menjadi sedimen yang rata-rata mengandung Ca 0,3%
organik karbon. Oleh sebab itu perlu mencari alternatif sumber makanan bagi
binatang laut tersebut. Sumber makanan kemungkinan dipenuhi oleh marine
aggregates yang kaya protein dan nutrisi. Gordon (1970) dalam Riley dan Chester (1975) memperlihatkan bahwa organik karbon
tak terlarut yang terdapat di laut dalam di Atlantik dapat dihidrolisis oleh
enzim seperti trypsin dan amylase yang terjadi di zooplankton. Bagian tersebut
menjadi sumber makanan penting bagi filter feeder di daerah Batipelagik.
Gambar 3. Perbedaan
Secara Ekologi dan Sifat Bahan Organik Partikulat.
F. Kesimpulan
Jumlah
bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik
tidak terlarut. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organism hidup melalui
proses metabolisme dan hasil pembusukan.
Hampir
seluruh organik karbon terlarut dalam air laut berasal dari karbondioksida yang
dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung pada keseimbangan
antara rata-rata organik karbon terlarut yang dibentuk oleh hasil pembusukan,
eksresi dan rata-rata hasil penguraian atau pemanfaatannya.
Bahan
organik tidak terlarut dalam air laut berukuran lebih besar dari 0,5 μm. Pada
lapisan permukaan air laut material organik tak terlarut ini berupa detritus
dan fitoplankton. Pada zona eufotik konsentrasinya lebih tinggi dari lapoisan di
bawahnya. Bahan organik tak terlarut ini berfungsi menyediakan makanan untuk organisme
pada beberapa tingkatan tropik.
Organik
karbon tak terlarut yang terdapat di laut dalam di Atlantik dapat dihidrolisis
oleh enzim seperti trypsin dan a–amylase yang terjadi di zooplankton. Bagian
tersebut menjadi sumber makanan penting bagi filter feeder di daerah Batipelagik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2008. ORGANIK-MATETER-IN-THE-SEA_PPT www.docstoc.com/docs (diakses pada tanggal 4 maret 2015).
Anonim, 2009 . Makalah_Oseanografi_Kimia_Bahan_Organik_Di_Laut www.
academia.edu
(diakses pada tanggal 4 maret 2015).
Budi, Miswar. 2002. Bahan Organik Terlarut dan Tidak Terlarut dalam air laut. MIPA
Biologi Universitas Sumatera Utara.
Dennis, A. HAnsell. 2001. Marine Dissolved Organic Matter and the
Carbon Cycle. University of Miami. Miami, florida USA
Libes, S.M. 1971. An Introduction to Marine Biogeochemistry. Department of Marine Science.
University of South Carolina-Coastal Carolina College Conway. JhonWiley &
Sons, Inc.
Manahan, 2001. Bahan Organik. http://library.usu.ac.id/fmipa/.pdf (diakses
pada tanggal 4 maret 2015).
Riley, J.P and Chester, 1975. Chemmical Oceanographyestry. Academic
Press,London and San Francisco.
Strikland and Persons, 1968. Organic Matter Aquatic Environments. Academic
Press,London and San Francisco.
Waksman, P. 1993. Regulation of Vertical Export of Particulate Organic Matter fromthe
Euphotic Zone by Planktonic Heterothrophs in Eutrophicated Aquatic Environments.
Marine Pollution Bulkletin, Volume 26 No. 11, Pergamon Press Ltd.
A. Latar
Belakang
Indonesia
telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan
dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km. Didalam
lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air
maupun hewan air. Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat sangat
berdayaguna, yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar
dari zat cairnya. Sifat ini dapat dilihat dari banyaknya unsur-unsur pokok yang
terdapat di dalam air laut. Selain itu air laut juga mengandung sejumlah besar
gas-gas udara yang terlarut. Semua gas-gas yang ada di atmosfir dapat dijumpai
di dalam air laut walaupun jumlah terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan yang ada di atmosfirKualitas air laut dikatakan baik atau
buruk tergantung pada produktivitasnya. Kondisi ini ditentukan oleh keberadaan
mikro nutrien anorganik khususnya nitrogen dan fosfat. Material organik
terlarut tidak hanya sebagai sumber energi tetapi juga sumber senyawa organik
esensial yang tidak dapat disintesa oleh organisme tersebut. Banyak zat-zat
dikeluarkan oleh kehidupan air laut sebagai ectocrines yang mempercepat atau memperlambat pertumbuhan.
Prakash dan Rashid (1968) dalam Riley
dan Chester (1975) menyatakan bahwa pertumbuhan didukung oleh banyaknya humic
acid yang secara ekologi penting dalam perairan pantai. Jumlah bahan organik
terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik tidak
terlarut. Hanya berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut terdiri dari sel
hidup. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organisme hidup melalui proses
metabolisme dan hasil pembusukan.
Bahan organik terlarut total atau Total Organik Matter
(TOM) menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri
dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Bahan
organik merupakan bahan bersifat kompleks dan dinamis yang berasal dari sisa
tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah yang mengalami perombakan. Bahan
ini terus-menerus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor
fisika, kimia dan biologi. Dekomposisi bahan organik di pengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain susunan residu, suhu, pH, dan ketersediaan zat hara dan
oksigen (Miswar, 2002).
Secara
umum, berdasarkan ukurannya, bahan organik terdapat dalam dua kelompok utama,
yaitu bahan organik dalam bentuk partikel (Particulate Organic Matter)
POM, dan bahan organik terlarut (Dissolved Organic Matter) DOM. POM adalah
bahan organik yang berbentuk partikel yang tertahan/tertinggal pada saringan
berukuran 0.5 μm, termasuk ke dalamnya adalah karbon organik partikel (POC),
nitrogen organik partikel (PON), dan fosfat organik partikel (POP). DOM adalah
bahan organik yang lolos pada saringan berukuran 0.5 μm, yang meliputi karbon
organik terlarut (DOC), nitrogen organik terlarut (DON), dan fosfat organik
terlarut (DOP). Gabungan dari POM dan DOM disebut dengan Bahan Organik Total (Total
Organic Matter, TOM). (Libes 1971). Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mempelajari tentang bahan organik terlarut dan bahan organik partikel
yang ada diperairan yang mencakup daur bahan organik, sumber bahan organik, dan
pengelompokan bahan organik.
B. Pengertian
Bahan Organik
Bahan
atau materi organik adalah semua senyawa yang mengandung karbon termasuk
substansi yang dihasilkan dari proses hidup (kayu, kapas, wol), minyak bumi,
gas alam (metan), cairan pelarut/pembersih, fiber sintetik dan plastik. (Manahan,
2001).
Karbon merupakan bahan dasar dari
semua bahan organik. Selain itu, karbon ditemukan sebagai gas karbondioksida
dan sebagai karbonat. Karbon juga terdapat pada bahan bakar fosil (batu bara,
gas alam, dan minyak). Tumbuhan hijau menangkap karbondioksida (CO2) dan mereduksinya
menjadi senyawa organik. (Manahan, 2001).
Jumlah
oksigen (dalam mg/l atau ppm) yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan
bahan organik yang degradable (dapat terurai) biasanya menjadi tolak ukur
terjadinya pencemaran atau beban bahan organik di perairan. Kriteria ini
dikenal sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD). Sebuah indeks jumlah oksigen
yang digunakan organisme untuk metabolisme makanannya baik secara biologi
maupun melalui proses kimiawi. Walaupun ada yang menterjemahkan BOD sebagai
Biological Oxygen Demand akan tetapi sebenarnya proses yang terjadi bukan
hanya proses biologi tapi juga proses kimiawi. Jumlah BOD yang tinggi
menunjukkan banyaknya bahan organik. Bila air memiliki BOD rendah secara umum
berarti jumlah limbah bahan organiknya rendah sepanjang limbahnya adalah
limbah yang degradable . (Manahan, 2001).
C. Daur Bahan
Organik
Daur
bahan organik atau disingkat daur organik di laut sama dengan daur organik di
lingkungan air tawar dan di darat. Karbon (C) bersama-sama dengan unsur hara
lainnya seperti posfor (P) dan nitrogen (N) melalui proses fotosintesis
menghasilkan jaringan tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan. Keduanya akan
menghasilkan zat organik dan jika mereka mati dan membusuk maka akan dihasilkan
bahan mentah untuk memulai daur bahan organik lagi. Unsur hara nitrogen (N)
tidak mempunyai hubungan tetap dengan unsurk hara posfor (P), tetapi
bersama-sama dengan karbon (C), N dan P, merupakan unsur-unsur utama dalam
produksi zat organik. Walaupun hara C terdapat dalam jumlah yang banyak,
tetapi kedua unsur hara N dan P menjadi faktor pembatas dalam daur bahan
organik di laut. (Anonim, 2009).
Gambar 1. Daur bahan organik
D. Sumber Bahan
organik
Bahan
organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan sungai. Bahan
organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l, terutama
berasal dari pelepasan humic material dan hasil penguraian dari buah – buahan
yang jatuh di tanah. Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam
bentuk sewage (kotoran) dan buangan industri. Sebagian besar sudah siap
dioksidasi dan segera membusuk karena bakteri dalam air laut. Namun dalam
batasan badan air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen secara biologi
terpenuhi dikarenakan kondisi anoksik tersedia.(Anonim,2009).
Gambar 2. Sumber bahan
organik.
Aloton ( eksternal)
1.
Sungai
Bahan
organik yang terangkut melalui sungai berupa hasil dekomposisi tanaman,
penggelontoran substansi humus, masukan antropogenik. Sekitar 40 -80% DOC
(Substansi Humus, berupa Asam Fulvic) Bahan Organik Karbon Terlarut (DOC)
Mencapai ~ 20 mg/l, Bahan Organik Karbon Partikulat Berkisar 1 - 2,5 mg/l. (Anonim,2009).
2. Atmosfer
Bahan
organik yang berasal dari atmofer dibawa oleh angina yang terdiri dari POC
Viable Bakteri, Pollen, Algae, yeast, Moulds, Mycoplasma, Virus, Protozoa,
& Nematoda Non Viable Kelompok Senyawa Lipid, dan VOM Gas
Methane (Senyawa Hidrokarbon). (Anonim,2009).
3. Sedimen
Bahan
organik yang beralsal dari sedimen sangat beragam terdiri dari hidrokarbon, asam
lemak, asam amino, peptida, karbohidrat, polimer alami, kerogen & materi
humus. Bahan organik yang terendapkan di sedimen terlarut berupa makromolekul biogenik (protein,
karbohidrat & lemak), sedangkan yang tidak terlarut berupa humic, fulvic,
humin. (Anonim,2009).
Autoton (Internal)
1.
Produktivitas
Primer
Bahan
organic yang berasal dari produktivitas primer berupa fitoplankton sebagai sumber
utama penghasil bahan organik melalui proses fotosintesis yang menghasilkan
karbon, karbohidrat yang dapat dikonversi menjadi protein, lipid, dan senyawa
lainnya melalui proses metabolisme dan penambahan beberapa substansi lainnya. (Anonim,2009).
2.
Aktivitas
Biologi Makro dan Mikro Organisme
Ekresi
ekstraseluler alga Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton. Hasil
fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam badan perairan.
Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk organisme laut lainnya dan
juga berperan dalam kontrol ekologi. Asam amino dan karbohidrat merupakan bahan
yang dikeluarkan secara dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp. Ekresi
hewan laut Eksresi zooplanton dan binatang laut lainnya.Eksresi zooplankton dan
binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan organik terlarut di laut.
Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous seperti urea,
purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amin,
trimethyl amine oxide dan asam amino (glycine, taurine dan alanine).
(Hellebust, 1965 dalam Riley dan
Chester 1975).
3. Dekomposisi
Dekomposisi
adalah gabungan proses fragmentasi, perubahan struktur fisik & kegiatan
enzim oleh dekomposer yang merubah bahan organik menjadi bahan anorganik. Proses
pembusukan organisme yang mati penguraian organisme mati oleh bakteri ada dua
mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan bakterial. Di
alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat penguraiannya
tergantung pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan bakteri
yang diperlukan. Dalam proses autolisis, reaksi penguraian terjadi karena
adanya enzim di dalam sel dan hasilnya selanjutnya akan dilepaskan kedalam
badan perairan.menurut johanes (1968) dalam
riley dan chester (1975), ekresi dari mikroorganisme seperti protozoa merupakan
sumber yang penting dari bahan organik karbon. Proses pelepasan nitrogen dan
fospor dari organisme mati dalam air laut terjadi dengan cepat. Waksman, et al
(1938) dalam riley dan chester (1975)
telah menemukan bahwa setengah dari nitrogen yang ada dalam zooplankton mati,
diubah menjadi amonia dalam waktu 2 minggu dan fospat dilepaskan dengan cepat.
Skopintsev (1949) dalam riley dan
chester (1975) menyatakan bahwa 70 % organik karbon tidak terlarut di dalam
kultur alga mati akan dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan
setelah enam bulan ditemukan sekitar 5% yang diubah kedalam bahan organik
terlarut.
E.
Pengelompokkan Bahan Organik di Laut
Macam
– Macam Bahan organik dalam air laut dapat dibagi atas dua
bagian yaitu :
1.
Bahan Organik
Terlarut Dalam Air Laut.
Bahan
organik terlarut yang berukuran < 0.5 μm. Jumlah bahan organik terlarut
dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik tidak terlarut. Hanya
berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut terdiri dari sel hidup. Semua bahan
organik ini dihasilkan oleh organisme hidup melalui proses metabolisme dan
hasil pembusukan Bahan organik karbon berukuran 0,3 – 3 mgC/ l pada
perairan pantai, ditemukan sebagai hasil peningkatan aktivitas fitoplankton dan
polusi dari daratan. (Anonim,2008)
a.
Metode penentuan
karbon organik
Ditemukan
oleh Menzel dan Vaccaro (1964) dalam Riley
dan Chester (1975) dengan menyaring sampel, dipindahkan ke sebuah ampul dan
diacidified sparging dengan uap udara bersih untuk memisahkan karbondioksida
yang bergabung dengan keseimbangan asam karbonik. Sampel ini dihilangkan dengan
Potasium Peroksidisulfat (K2S2O8) lalu ampul ditutup.
Selanjutnya dipanaskan dengan suhu 130°C dalam sebuah autoclave selama 1 jam.
Setelah dingin autoclave dibuka dan karbondioksida terbentuk oleh oksidasi dari
bahan organik yang diubah dengan helium atau nitrogen, lalu diukur dengan alat
ukur yang terbuat dari infra red absorption atau dengan absorption
chromatography. (Anonim,2008).
Bahan organik
nitrogen
Penentuan bahan
organik nitrogen terlarut (5 – 300 μgN/l) dikemukakan oleh Strikland
dan Persons (1968). Bahan organik nitrogen dioksidasi menjadi nitrit+ oleh
penyinaran yang bersumber dari radiasi ultra violet. Nitrat selanjutnya
direduksi ke nitrit menggunakan cadmium reduktor column sehingga total
nitratnitrogen dapat ditentukan.
Sifat Bahan
Organik Terlarut dalam Air Laut
Sebagian besar
bahan organik terlarut dalam air laut terdiri atas material yang kompleks dan
sangat tahan terhadap penguraian bakteri. Secara lebih jelas konsentrasi
representatif beberapa bahan organik karbon terlarut di permukaan air
laut dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
No
|
Bahan Organik
|
Konsentrasi(μg/l)
|
Lokasi
|
1
|
Methane
|
1
|
Trop Atlantic
|
2
|
Paraffinic
Hidrocarbons
|
400
|
South Pasific
|
3
|
Pristane
|
2,6,10,14
|
Teluk cape Cod
|
4
|
Pentoses
|
0.5
|
Pacific of California
|
5
|
Hexoses
|
14-36
|
Pacific of california
|
6
|
Malic Acid
|
300
|
Atlantic Coast
|
7
|
Citric Acid
|
140
|
Atlantic Coast
|
8
|
Triglecerydes + Fatty
Acid
|
200
|
South Pacific
|
9
|
Amino Acid
|
10-25
|
Irish Sea
|
10
|
Vitamin B12
|
0-0.01
|
Various
|
11
|
Thiamine (Vitamin B1)
|
0.021
|
Long Island Sound
|
12
|
Biotine
|
0.01
|
G. of Mexico
|
13
|
Urea
|
0-80
|
English Channel
|
14
|
Adenine
|
100-1000
|
G. of Mexico
|
15
|
Uracil
|
300
|
G. of Mexico
|
16
|
p-Hydroxy-Benzoic Acid
|
1-3
|
Pacific of california
|
17
|
Vannilic Acid
|
1-3
|
Pacific of california
|
18
|
Syringic Acid
|
1-3
|
Pacific of california
|
Sumber : Riley
dan Chester (1975)
Efek Ekologi
Material Organik Terlarut
Kualitas air
laut dikatakan baik atau buruk tergantung pada produktivitasnya. Kondisi ini
ditentukan oleh keberadaan mikro nutrien anorganik khususnya nitrogen dan
fosfat. Material organik terlarut tidak hanya sebagai sumber energi tetapi juga
sumber senyawa organik esensial yang tidak dapat disintesa oleh organisme
tersebut. Banyak zat-zat dikeluarkan oleh kehidupan air laut sebagai ectocrines
yang mempercepat atau memperlambat pertumbuhan. Prakash dan Rashid (1968) dalam Riley dan Chester (1975)
menyatakan bahwa pertumbuhan didukung oleh banyaknya humic acid yang secara
ekologi penting dalam perairan pantai. Penghambat pertumbuhan dapat ditemukan
dalam media kultur antara antibiotik dan racun. Zat racun dikeluarkan oleh
dinoflagellata seperti Gynodinium breze dan Gonyoulax polyhedra yang dapat
menyebabkan “red tide”. Zat polifenol dihasilkan oleh alga coklat
menghambat pertumbuhan beberapa spesies dari alga unicellular. Zat ini mungkin
penting secara ekologi menekan pertumbuhan epiphytes.
b.
Distribusi
Organik Karbon Terlarut dalam Air Laut
Hampir
seluruh organik karbon terlarut dalam air laut berasal dari karbondioksida yang
dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung pada keseimbangan
antara rata-rata organik karbon terlarut yang dibentuk oleh hasil pembusukan,
eksresi dan rata-rata hasil penguraian atau pemanfaatannya. Libes (1971)
menyatakan distribusi dissolved organic matter, particulate organic matter dan
organik karbon erat hubungannya dengan produktivitas primer Produktivitas
primer sangat tinggi di daerah pantai dan rendah pada daerah laut terbuka. Konsentrasi
bahan organik berdasarkan variasi musim dan kedalaman.
Variasi Menurut
Musim
a) Terjadi hanya
pada daerah yang dipengaruhi musim (North sea).
b) Musim semi
dan awal musim panas merupakan konsentrasi tertinggi (Ca1,8
mg/ l).
c) Musim panas
konsentrasi menurun.
d) Musim gugur
– awal musim semi, konsentrasi sedikit menurun
Variasi
Menurut Kedalaman
a) Permukaan,
konsentrasi bahan organik karbon terlarut dan nitrogen paling tinggi.
b) Bagian bawah zona
eufotik, konsentrasi mulai menurun dengan meningkatnya kedalaman dan terdapat
perbedaan antra satu tempat dengan tempat lainnya tergantung pada
produktivitas, ketersediaan heterotrof dan kondisi hidrografik.Pada kedalaman
lebih besar dari 100 meter konsentrasi masih relatif konstan.
c) Pada perairan dalam,
kandungan bahan organik karbon terlarut terlihat kecil tetapi signifikan dan
berbeda menurut kedalaman. Perbedaan konsentrasi organik terlarut dengan
nitrogen pada permukaan perairan sekitar 100 : 15 sampai 100 : 25. (Anonim,
2008)
2. Bahan Organik Tidak
Terlarut Dalam Air Laut
Bahan
organik tidak terlarut dalam air laut berukuran lebih besar dari 0,5 μm. Pada
lapisan permukaan air laut material organik tak terlarut ini berupa detritus
dan fitoplankton. Pada zona eufotik konsentrasinya lebih tinggi dari lapoisan
di bawahnya. Bahan organik tak terlarut ini berfungsi menyediakan makanan untuk
organisme pada beberapa tingkatan tropik.
a.
Sumber Bahan
Organik Tidak Terlarut dalam Air Laut
v Di bawah air sungai (4,2 – 109 gC/ l)
berukuran lebih kecil dari rata-rata produksi primer di laut (
4 – 1016 gC/ l).
v Sebagian besar particulate organic matter dilaut dihasilkan
oleh beberapa organisme penghasil utama seperti fitoplankton, makroalga dan
bakteri kemoautotrofik. Produksi utama ini dihasilkan oleh fotoautotrofik nanoplankton
(berdiameter 2,0 – 20 μm).
v Sekitar 10 % dihasilkan dari tanaman dalam bentuk
senyawa, berat molekulnya ringan seperti asam amino, asam trikarboksilik. Hasil
ini dengan cepat dikonsumsi oleh bakteri.
v Hasil agregasi dan pengendapan dissolved organic
matter dari laut.
v Pada subsurface dalam waktu tertentu butir-butir
fecal zooplankton merupakan komponen yang terbesar dari bahan organik tak
terlarut. (Dennis, 2001)
b.
Perbedaan Secara
Ekologi dan Sifat Bahan Organik Partikulat.
v Daerah eufotik.
Bahan organik
partikulat di daerah eufotik terdiri dari fitoplankton dan bakteri
bersama dengan detritus. Pertumbuhan lebih baik diperoleh dengan
percampuran dari dua atau lebih spesies dibandingkan satu spesies. Pada kondisi
biasa, diatom mungkin dapat digunakan sebagai makanan pokok kopepoda
(Beklemistur, 1954 dalam Riley dan
Chester, 1975), tetapi cocolithophores dan dinoflagellata juga dapat digunakan
(Marshall dan Orr, 1952 dalam Riley
dan Chester, 1975). Pada saat fitoplankton melimpah, zooplankton mengkonsumsi
lebih banyak fitoplankton daripada diassimilasi (Beklemishev, 1962 dalam Riley dan Chester,1975). Saat
fitoplankton melimpah detritus berfungsi hanya sebagai pelengkap makanan
zooplankton. Namun disaat zooplankton kurang, detritus merupakan bagian
terbesar makanan binatang di laut (Harvey, 1950., Fox, 1950., Roley, 1959 dalam Riley dan Chester, 1975). Pada
perairan yang dangkal, banyak detritus sampai ke dasar laut dimana detritus itu
dicerna oleh organisme dasar.Dekomposisi bakteri menjadi mekanisme dasar bagi
detritus, bakteri menggunakan bahan partikulate untuk suplay energi dan
material bagi protoplasma.Selama proses respirasi dan metabolik CO2,
amonia dan ion fosfat dilepaskan ke dalam air.
v Daerah Perairan Dalam.
Meskipun banyak
detritus di daerah eufotik berukuran relatif besar karena diuraikan oleh
bakteri sehingga sangat sedikit yang mencapai kedalaman 200-300 meter (Fox,
1950 dalam Riley dan Chester, 1971). Sebagian besar dikonsumsi oleh filter
feeder perairan dalam yang memiliki nilai gizi (Harvey, 1955 dalam Riley dan Chester, 1975) dan tenggelam sampai
dasar lautan bergabung menjadi sedimen yang rata-rata mengandung Ca 0,3%
organik karbon. Oleh sebab itu perlu mencari alternatif sumber makanan bagi
binatang laut tersebut. Sumber makanan kemungkinan dipenuhi oleh marine
aggregates yang kaya protein dan nutrisi. Gordon (1970) dalam Riley dan Chester (1975) memperlihatkan bahwa organik karbon
tak terlarut yang terdapat di laut dalam di Atlantik dapat dihidrolisis oleh
enzim seperti trypsin dan amylase yang terjadi di zooplankton. Bagian tersebut
menjadi sumber makanan penting bagi filter feeder di daerah Batipelagik.
Gambar 3. Perbedaan
Secara Ekologi dan Sifat Bahan Organik Partikulat.
F. Kesimpulan
Jumlah
bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik
tidak terlarut. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organism hidup melalui
proses metabolisme dan hasil pembusukan.
Hampir
seluruh organik karbon terlarut dalam air laut berasal dari karbondioksida yang
dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung pada keseimbangan
antara rata-rata organik karbon terlarut yang dibentuk oleh hasil pembusukan,
eksresi dan rata-rata hasil penguraian atau pemanfaatannya.
Bahan
organik tidak terlarut dalam air laut berukuran lebih besar dari 0,5 μm. Pada
lapisan permukaan air laut material organik tak terlarut ini berupa detritus
dan fitoplankton. Pada zona eufotik konsentrasinya lebih tinggi dari lapoisan di
bawahnya. Bahan organik tak terlarut ini berfungsi menyediakan makanan untuk organisme
pada beberapa tingkatan tropik.
Organik
karbon tak terlarut yang terdapat di laut dalam di Atlantik dapat dihidrolisis
oleh enzim seperti trypsin dan a–amylase yang terjadi di zooplankton. Bagian
tersebut menjadi sumber makanan penting bagi filter feeder di daerah Batipelagik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2008. ORGANIK-MATETER-IN-THE-SEA_PPT www.docstoc.com/docs (diakses pada tanggal 4 maret 2015).
Anonim, 2009 . Makalah_Oseanografi_Kimia_Bahan_Organik_Di_Laut www.
academia.edu
(diakses pada tanggal 4 maret 2015).
Budi, Miswar. 2002. Bahan Organik Terlarut dan Tidak Terlarut dalam air laut. MIPA
Biologi Universitas Sumatera Utara.
Dennis, A. HAnsell. 2001. Marine Dissolved Organic Matter and the
Carbon Cycle. University of Miami. Miami, florida USA
Libes, S.M. 1971. An Introduction to Marine Biogeochemistry. Department of Marine Science.
University of South Carolina-Coastal Carolina College Conway. JhonWiley &
Sons, Inc.
Manahan, 2001. Bahan Organik. http://library.usu.ac.id/fmipa/.pdf (diakses
pada tanggal 4 maret 2015).
Riley, J.P and Chester, 1975. Chemmical Oceanographyestry. Academic
Press,London and San Francisco.
Strikland and Persons, 1968. Organic Matter Aquatic Environments. Academic
Press,London and San Francisco.
Waksman, P. 1993. Regulation of Vertical Export of Particulate Organic Matter fromthe
Euphotic Zone by Planktonic Heterothrophs in Eutrophicated Aquatic Environments.
Marine Pollution Bulkletin, Volume 26 No. 11, Pergamon Press Ltd.
Comments
Post a Comment